Algoritma Mahjong Ways 2 dan Ekonomi Serba Nanggung
Suatu malam di akhir bulan, ketika dompet mulai terasa seperti kantong kresek yang kosong dan suara notif e-wallet makin jarang berbunyi, seorang teman mengajak nongkrong. Tapi bukan nongkrong beneran. Nongkrong virtual. Katanya, sekadar hiburan.
Aku kira kami bakal nonton YouTube bareng atau masuk live Instagram orang random yang masak mie pake rice cooker. Tapi yang muncul di layar malah sesuatu bernama Mahjong Ways 2. Visualnya ramai, warna-warni, dengan simbol-simbol khas Cina yang berputar dan menghilang. Dan di tengah-tengahnya, ada yang disebut scatter hitam. Katanya, kalau itu muncul tiga, bisa ganti hidup.
Apakah ini judi? Atau cuma hiburan digital dengan estetika uang?
Entahlah. Tapi yang jelas, malam itu banyak orang yang lebih percaya pada algoritma gacor ketimbang pengumuman resmi kenaikan harga beras.
Menebak Pola, Menebak Hidup
Main kayak gini tuh nggak bisa asal pencet, kata teman yang satu lagi. Ia pakai bahasa yang nyaris mirip analis bursa. Harus tahu pola. Harus tahu jam main. Harus sabar.
Jam gacor. Pola spin. Pengatur modal. Entah sejak kapan istilah-istilah ini jadi keseharian orang-orang yang dulunya cuma main Mobile Legends atau scroll TikTok. Sekarang, mereka menganalisis layar Mahjong seperti akademisi membedah data pemilu. Bahkan lebih serius dari itu.
Algoritma gacor bukan lagi isapan jempol. Ada yang bilang, jam 2 pagi sering keluar scatter hitam. Ada pula yang percaya kalau main dengan pola 10-20-50 bisa memperbesar peluang. Tapi seperti hidup di tengah inflasi, semua itu tetap penuh ketidakpastian. Hari ini gacor, besok bisa jadi boncos.
Ketika Ekonomi Tak Lagi Rasional
Kita hidup di masa ketika harga ayam naik tapi gaji tetap. Ketika minum kopi di luar jadi keputusan yang harus dihitung dengan kalkulator. Dalam situasi seperti itu, wajar kalau banyak orang mulai mencari celah. Celah hiburan. Celah harapan. Atau bahkan celah pelarian.
Mahjong Ways 2, entah kenapa, jadi seperti oasis bagi beberapa orang. Bukan karena menjanjikan kekayaan, tapi karena setidaknya, ia memberi ilusi bahwa hari esok bisa berubah kalau scatter hitam muncul tepat waktu.
Tentu saja ini bukan solusi. Tapi siapa juga yang masih percaya pada solusi konvensional hari-hari ini? Orang kerja 8 jam pun belum tentu bisa nabung. Maka wajar jika algoritma digital terasa lebih bisa dipeluk dibanding statistik ekonomi pemerintah.
Scatter Hitam dan Doa-doa Modern
Yang menarik dari permainan ini bukan cuma grafisnya atau denting koin virtual yang jatuh seperti hujan. Tapi momen ketika dua scatter sudah muncul, dan tinggal satu lagi. Layar jadi senyap. Semua mata terpaku. Jari menahan napas. Ada semacam doa tak terdengar yang keluar, walau tak berbentuk.
Waktu itu seperti berhenti. Beberapa detik, hidup digantungkan pada simbol berbentuk bulat kecil berwarna hitam. Jika muncul, dunia bisa jadi lebih baik, setidaknya malam itu. Kalau tidak? Ya balik ke realita. Makan mie rebus dan pura-pura nggak sedih.
Temanku pernah bilang, scatter hitam itu seperti THR: datangnya jarang, ditunggu semua orang, tapi begitu muncul, tetap habis dalam dua hari.
Hiburan, Eskapisme, atau Sekadar Bertahan?
Bukan tugas kita untuk menghakimi apa yang orang lakukan saat hidup sedang sempit. Beberapa memilih bertanam hidroponik. Beberapa lagi buka jasa print stiker. Dan sebagian, ya, memilih menunggu scatter hitam muncul di layar.
Apakah ini salah? Mungkin. Apakah ini solusi? Tentu tidak. Tapi di tengah tekanan yang tak kunjung reda, kita jadi belajar satu hal: harapan bisa datang dari mana saja. Bahkan dari algoritma yang entah siapa yang atur.
Maka dari itu, ketika seseorang bilang, Coba deh main jam 3 pagi, biasanya scatter hitam keluar, aku tak langsung menghakimi. Mungkin dia sedang berdoa dengan caranya sendiri.
Dan di dunia hari ini, yang kita butuhkan mungkin bukan kepastian. Tapi harapan, meski cuma selewat putaran Mahjong Ways 2.